8:23. Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya.
8:24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur.
8:25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa."
8:26 Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
8:27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"
Perikop bacaan Firman Tuhan dari Injil, kisah Tuhan Yesus dan murid-murid naik di atas perahu dan ditengah danau diserang badai. Yesus mengajak muridNya masuk perahu, mestinya Dia tahu akan ada badai.
Percaya disini berarti para murid mengakui bahwa antisipasi atas bahaya badai yang mungkin muncul dan tindakan yang mungkin diambil ada di pihak Yesus. Jadi ketika Tuhan menyebut mereka "kurang percaya" harus dilihat di sisi mananya.
Masalahnya murid-murid terletak pada kondisi tidur nya Yesus. Manusia normal, jika tidur maka sementara fungsi kesadaran atau pengetahuan di nonaktifkan. Para murid tahu bahwa Yesus memiliki kuasa, tahu bahwa Yesus memiliki komitmen untuk melakukan kuasaNya demi kebaikan. Tetapi itu jika Yesus sadar. Nah sekarang badai sudah datang, maka agar kuasa dan kehendak Yesus muncul, maka satu-satunya cara adalah membangunkan Yesus.
Disinilah letak kurang percayanya para murid. Mereka menyangka Yesus memiliki keterbatasan khusus yaitu diakibatkan oleh tidur. Mereka mengira bahwa kesadaran Yesus, pengetahuan Yesus dan kuasa Yesus hanya aktif ketika Yesus secara sadar ada exist bersama-sama mereka secara fisik.
Informasi Yesus menghardik kekurangpercayaan para murid memberi kita pengetahuan berharga bahwa sesungguhnya Yesus tidak pernah kehilangan kesadaran dan tentu saja kuasaNya atas hidup kita meski Ia tidak ada bersama.
Ada manusia yang menyebut "Tuhan sudah mati" alias atheis, dan ada falsafah yang menguasai manusia modern yaitu "agnostik". Atheis tidak mengakui keberadaan Tuhan, dan agnostik tidak tahu Tuhan ada atau tidak ada. Konsekuensi kedua pandangan ini sama saja, Tuhan tetap tidak ada karena tidak dapat dibuktikan, sehingga hidup berjalan tanpa mengikuti kehendakNya yang mulia.
Sebaliknya orang Kristen percaya kepada Tuhan.Tetapi sayangnya karena pada kenyataannya Tuhan tidak hadir secara fisik dan terlihat, seperti seorang yang tidur, telah menggiring banyak orang Kristen yang secara sadar "terus menerus membangunkan Tuhan".
Memang Tuhan memerintahkan kita agar menyampaikan semua keinginan hati kepada Tuhan dalam doa, tetapi tentu saja bukan berarti "semua hal". Karena Tuhan selalu merujuk pada kehendakNya, sehingga doa kita harus juga sesuai kehendak Tuhan. Kehendak kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan walau didoakan bagaimanapun tidak akan dijawab.
Demikian juga doa yang bertele-tele, juga menyelipkan sifat ketidakpercayaan. Jadi membangunkan Yesus, dapat disamakan berdoa secara bertele-tele seolah-olah ada ketidakpercayaan bahwa jangan-jangan Yesus nggak mendengar doa saya sebelumnya, kali-kali Ia sedang tidur. Tuhan akan menghardik jika kita berlaku seperti ini.
Artinya, semua pergumulan kita utarakan kepada Tuhan setelah itu kita tenang menunggu jawabanNya, Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan selalu dengan kesadaran penuh memandang ke arah anak-anakNya. Hanya saja, ada waktu yang sangat tepat ketika Ia bertindak. Yang dibutuhkan hanyalah mempercayai bahwa Yesus selalu menaruh perhatian dan matanya tertuju kepada anak-anakNya, dan Ia siap bertindak sesuai waktuNya yang tepat. Kita sabar dan tetap menanti harap percaya padaNya, sambil terus mengerjakan bagian yang menjadi tanggung jawab kita yaitu memberitakan Firman dan mengasihi sesama dan bersekutu.
Rabu, 11/2/2015
0 Comments