Shalom!

Selamat datang para pembaca diblog resmi GMIST Jemat Depok

Postingan Terbaru

6/recent/ticker-posts

Tuntutan Iman Kristen



Matius 5:20 
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Apakah dengan pernyataan ini Tuhan sedang menetapkan kesalehan orang-orang Yahudi sebagai standar moral penerimaan sorga? Sepintas terlihat indikasinya demikian. Tetapi jika ingat Tuhan pernah menggambarkan para ahli Taurat orang Yahudi sebagai kubur yang bersih di luar tapi kotor di dalam, maka sabda Tuhan ini mestinya menjelaskan kebalikannya, alias bukan itu yg dimaksud Tuhan Yesus.

Jadi kesalehan  para ahli Taurat itu sedemikian buruk maka para murid diminta untuk melampaui keburukan itu. Artinya standar penerimaan Tuhan adalah melampaui ketidakberdayaan para ahli Taurat terhadap dosa. Dalam Perjanjian Lama, kesalehan manusia diibaratkan kain lap yang sangat kotor. Ibarat orang yang menyeberang padang gurun berbahaya dan bahkan belum menginjak pinggiran kota tujuan. Manusia masih berada pada zona bahaya. Tuhan minta para muridNya melampaui padang gurun keberdosaan itu dan menginjak Tanah Perjanjian.

Para murid di suatu kesempatan memahami soal ini dan bertanya pada Tuhan “Jika demikian siapa yang bisa?”.  Jawaban Tuhan Yesus di bagian itulah kuncinya yaitu hal itu hanya mungkin bagi Allah saja. Artinya kesanggupan melampaui kelemahan, kedosaan manusia agar ada penerimaan sorga hanya mungkin jika Allah sendiri yg mengerjakannya. Itulah karya Tuhan Yesus.

Sekarang apa efek bagi orang-orang percaya?
Apakah orang Kristen setelah mempercayai semua penerimaan Allah pada kesanggupan Tuhan Yesus, lalu mereka mendapatkan kesanggupan pribadi secara penuh untuk menapak tilas karya kesanggupan Kristus? Firman Tuhan memerintahkan kita mengikuti teladan Kristus di dunia dengan kuasa bantuan pertolongan Tuhan Roh Kudus. Tetapi kesempurnaan itu bukan sebuah prasyarat, karena hukum persyaratan itu telah dihapuskan. Dan sifat kelemahan manusia kita masih ada sebagaimana nasihat rasul Yohanes yang menyatakan agar kita tetap mengaku keberdosaan kita dan selalu melihat kepada dan meneladani kekudusan Kristus. 

Sehingga pola hidup Kristen menjadi pola hidup perjuangan kekudusan dengan hasil akhir yg pasti. Formatnya adalah hidup dalam iman, harapan dan kasih. Beriman bahwa hanya Yesus dan karyaNya yang menyelamatkan, berharap pada pertolongan Roh Kudus dalam menjalani hidup dalam ketaatan, dan mengasihi sebagai wujud nyata dari iman dan harapan itu.

JFT  16/2/2015

Post a Comment

0 Comments