Sebuah buku yang sangat bagus, dan mungkin satu-satunya yang paling komprehensif di bidang sejarah Kristen Indonesia :
A History of Christianity in IndonesiaEdited by Jan Sihar Aritonang and Karel SteenbrinkReviewed by: Bernard Adeney-Risakotta for Asian Critical Review Hardcover: 1004 pages Publisher: Brill Academic Publishers (September 2008) Language: English ISBN-10: 900417026X ISBN-13: 978-9004170261 |
Terdiri dari 1004 halaman, adalah sebuah buku yang sangat serius. Ada bagian yang dapat dibaca di scribd.com. Buku ini sangat ambisius, karena membahas mengenai sejarah kekeristenan di Indonesia meliputi hampir semua gereja dan daerah Kristen dan dalam rentang waktu sejak masa penjelajahan bangsa Barat mulai pada awal abad 16 sampai masa menjelang Indonesia merdeka.
Salah satu yang sangat menarik bagi kita umat GMIST adalah sejarah Kekristenan di tanah Sangihe Talaud. Ternyata pada masa awal penyebaran agama Kristen di permulaan abad ke - 16, dalam hal ini oleh kaum Katolik - Portugis, Kerajaan Siau merupakan satu-satunya kerajaan di Sangihe bersifat sentral yang selama jangka waktu yang sangat panjang memainkan peranan penting penyebaran agama Kristen. Raja-raja Siau memainkan peran secara "internasional" pada masanya dimana sebagai raja yang pengaruh wilayahnya meliputi ke selatan sampai dengan pesisir utara semenanjung Sulawesi Utara, bahkan pantai pesisisr sampai ke Bolaang Mongondow dan ke utara sampai dengan kepulauan Talaud bagian selatan.
Bahkan karena kedekatan dengan misionaris Katolik, raja-raja Siau menjalin hubungan dengan Filipina, terutama dalam membendung pengaruh Islam dari Kerajaan Ternate dan Tidore. Raja Siau yang memainkan peran aktif dalam membentengi wilayah Sangihe Talaud untuk tetap dalam naungan pengaruh Kristen Katolik. Bahkan dengan perebutan pengaruh antara Belanda yang Protestan dan Portugis yang Katolik raja-raja Siau terus memainkan peran dalam penyebaran agama Kristen di tengah masyarakatnya.
Disebutkan berkali-kali dalam buku itu, bahwa pusat pengaruh Kekristenan di Sulawesi Utara adalah Menado, dan Siau. Dan padri atau frater Jesuit dan Fransiskan memiliki basis pelayanan di Siau dan Manado, mereka tinggal di dua tempat itu. Dan catatan mengenai sejarah Kekristenan di Sangihe Talaud pada masa abad 16 dan awal abad 17 diperoleh dari catatan padri-padri Katolik yang lama menetap di Siau dan Manado. Wilayah Sangihe Talaud yang lainnya disebutkan sebagai bagian dari koordinasi di bawah kerajaan Siau.
Dan Kekristenan di Sangihe Talaud bukan tercipta dalam waktu singkat melainkan berabad-abad seiring sejarah kehadiran bangsa Eropa di Sulawesi Utara sampai ke Maluku dalam berdagang dan menyebarkan Injil. Satu catatan dalam buku sejarah ini yang membuat kita patut berbangga adalah dikatakan meskipun kekristenan di Siau, Sangihe dan Talaud sempat lama menurun karena perebutan kekuasaan dagang antara Belanda yang Protestan dan Portugis yang Katolik akibatkan pelayanan gereja terbengkalai, tetapi pemimpin dan masyarakat Siau dan Sangihe Talaud menolak untuk melepaskan iman Kristennya di tengah tekanan pengaruh Islam maupun tidak adanya pelayanan pengajaran Kristen yang baik. Mereka sangat lama tidak terlayani, namun mereka tidak meninggalkan kecintaan pada iman Kristen, tetap memandang dirinya Kristen meski tentu saja ada sebagian kecil yang kembali ke agama leluhur atau masuk Islam.
Sehingga ketika zending Protestan mengambil alih daerah Kristen yang merana itu, para zending itu diterima dengan gembira, hampir tidak ada perlawanan yang berarti.
Jadi dapat dikata Kekristenan di Sangihe Talaud merupakan Kristen dengan 2 periode. Periode pertama Sangihe Talaud yang Katolik dengan titik koordinasi penyebaran dari Siau, kemudian ada periode tak ada pelayanan misionaris yang cukup lama, dan periode kedua Sangihe Talaud yang Protestan oleh penginjilan Belanda. Nenek moyang kita telah menolak meninggalkan Kekristenan setelah pelayanan misionaris barat terbengkalai untuk waktu lama, atau di tengah tekanan pengaruh Islam dan kepercayaan kultur lama.
Jadi kita jemaat GMIST mewarisi keteguhan iman dari leluhur kita, dan kita sebagai warga GMIST yang sekarang merupakan keturunan rohani dari zending Protestan yang mengambil alih zending Katolik yang telah terdesak dan terbengkalai akibat percaturan politik penguasaan jalur dagang rempah-rempah Maluku.
***
Buku ini sendiri, selain jumlah halamannya yang 1004 halaman, harganya pun lebih dari Euro 200 di Belanda/Eropa, dalam rupiah mendekati Rp. 3 juta/buah. Kami belum mendapatkan informasi buku ini telah dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia, meski sebagian penulisnya merupakan sejarahwan Kristen asli Indonesia.
Jika ada pembaca yang telah menemukan dan membaca buku cetakannya, mohon dapat menulis ulasan singkat khususnya sejarah Kekristenan di Siau, Sangihe dan Talaud.
Oh ya, tak lupa diinformasikan, periode sejarah yang dicover buku itu adalah sejak masuknya bangsa Barat di Indonesia awal tahun 1.500-an sampai dengan masa Belanda hampir berakhir di Indonesia tahun 1942.
JFT 17/02/2015
0 Comments